Sumber daya alam terbesar kita adalah pikiran anak-anak kita
~ Walt Disney ~
Pada kesempatan ini, saya akan membahas secara khusus mengenai motivasi pada anak usia sekolah. Motivasi belajar sangatlah penting bagi semua orang, terutama pada anak-anak. Untuk dapat membangun motivasi yang tinggi pada anak-anak tentu peran orangtua, pengajar, dan pendidik menjadi hal yang tak boleh dilupakan.
Apa yang dapat diupayakan oleh orangtua, pengajar, dan pendidik tersebut untuk meningkatkan motivasi anak???
Nah, berdasarkan buku Motivation To Learn: From Theory to Practice milik Deborah J. Stipek dan beberapa sumber-sumber dari internet yang relevan, ada beberapa cara...
Nah, tugas orangtualah dan juga guru di sekolah untuk menciptakan suasana lingkungan yang supportif dan tanggap pada kebutuhan anak sehingga anak lebih tertantang, berupaya lebih keras, serta tidak mudah menyerah dalam meraih sesuatu.
Sepuluh cara berikut ini mungkin bisa membantu:
1. Jangan Beri 'Cap' Negatif
Anak akan termotivasi untuk bertindak positif jika ia sadar bahwa tindakan itu menguntungkan dirinya. Anak yang kelihatannya pemalas atau tidak tertarik untuk melakukan sesuatu, belum tentu selamanya akan terus begitu. Bisa jadi ia nanti akan berkembang menjadi anak yang rajin. Kita cukup memberinya pengertian tentang manfaat yang akan diperoleh bila ia berlaku positif. Misalnya, jika menghabiskan makanan, membersihkan tempat tidur, atau mematikan lampu. Oleh sebab itu, jangan memberi cap atau label negatif pada anak. Hindari mengucapkan kalimat seperti "Pemalas!" atau "Begitu saja tidak bisa!", karena hal ini hanya akan menurunkan motivasi pada anak.
2. Hargai Keunikan Anak
Anak akan berkembang baik bila keunikan atau perbedaannya dihargai. Dalam belajar, misalnya, minat dan juga kecepatan tiap anak berbeda. Nah, orangtualah yang seharusnya peka terhadap kedua hal ini. Jangan ingin menyamakan begitu saja. Setiap anak memang berbeda, dan usia bukanlah ukuran mati dalam perkembangan.
3. Jangan Diberikan Target Kepada Anak
Perkembangan anak sudah sewajarnyas melalui tahap demi tahap. Jika ia telah menguasai
tahap yang terdahulu, ia akan lebih mantap di tahap berikutnya. Orangtua tidak boleh mendidik anak berdasarkan target. Jangan memaksa anak menulis yang bagus dalam waktu yang singkat. Mungkin saja anak anda memegang pensilnya belum benar, jadi perhatikanlah tahap demi tahap dalam setiap perkembangan anak anda.
4. Beri Dorongan, Bukan Larangan
Kurangnya dorongan orangtua bisa merugikan anak. Sebab usia 3-5 tahun adalah masa keemasan (golden age) bagi anak. Apalagi kalau rasa keingintahuannya yang besar itu "dimatikan". Lebih baik, misalnya, memberinya lingkungan yang nyaman. Jika anak bilang ia lebih suka menggambar di ruang tamu atau di meja makan, maka biarkanlah. Jangan langsung melarangnya dengan berteriak, "Jangan di situ!" atau "Apa yang kamu lakukan, heh?", karena hal ini hanya akan menjadi pukulan bagi anak tersebut. Biasanya ini pula yang membuatnya menjadi malas untuk melakukan sesuatu.
5. Cek Juga Faktor Lain
Sudah diberi dorongan, tapi masih juga lesu, tak bangkit motivasinya?
Jangan-jangan anak anda mengalami ganguan pada hal lain selain motivasi, misalnya perkembangan intelektual, fisik, emosi, serta sosial. Semua hal tersebu saling berpengaruh satu sama lain. Jika salah satu terganggu, maka yang lain juga terpengaruh. Misalnya, anak yang kurang gizi, akibatnya ia menjadi lemas sehingga kinerja otaknya tidak optimal sehingga perkembangan intelektualnya ikut terganggu.
6. Fokuskan Pujian
Pujian itu penting. Tapi yang lebih penting lagi, harus terfokus. Anak-anak pun bisa mengerti lho, jika orang tua memuji tapi cuma untuk basa-basi. Jadi, tidak cukup hanya mengatakan "Bagus!" saat anak menunjukkan hasil kerjanya. Contohnya, anak menunjukkan hasil gambarnya, orangtua ataupun guru mungkin lebih baik mengatakan, "Ouw, garis yang kamu buat itu lurus sekali!" atau "Wah, kombinasi warna biru dan kuning ini pas sekali!" Dengan cara ini, ia tahu bahwa Anda memberi perhatian. Dan mereka akan bekerja lebih keras lagi di lain waktu.
7. Beri Hadiah yang Tepat
Untuk menumbuhkan motivasi, dorongan yang diberikan orangtua dan guru bisa dalam
bentuk hadiah. Namun ini hanya berdampak positif jika diberikan pada saat dan tempat yang tepat. Misalnya, akan diberikan cokelat jika ia telah mengerjakan PR lebih awal. Dorongan dari luar ini diharapkan dapat berkembang menjadi dorongan dari dalam diri setelah anak tahu manfaat perilaku positif tersebut. Sering, orang tua berjanji akan memberikan sesuatu yang besar kalau anak berhasil. Misalnya, membelikan sepeda kalau anak menjadi ranking satu. Kalau tidak, ia tak akan dapat apa pun. Cara seperti ini tidak baik, sebab hanya membuat si anak cemas saat hendak menghadapi ujian. Ia pun akan benar-benar sedih kalau gagal.
8. Beri Hukuman yang Bermanfaat
Misalnya, tidak mengajak anak ke taman bermain apabila anak tersebut suka bermain korek api, pisau, atau gunting. Mungkin anak akan menghentikan kebiasaanya meskipun tak tahu kenapa harus begitu. Namun lama-kelamaan perilaku itu akan berhenti bukan
karena adanya 'ancaman' dari luar, namun lantaran tahu ada bahaya di balik hobinya itu.
9. Hargailah, Meski Acak-acakan
Meskipun gambar yang dibuat oleh anak menurut orangtua ataupun guru hanyalah coret-coretan, tetapi berusahalah untuk menghargai usaha anak tersebut. Sebab bagi anak, gambar itu sangat berarti baginya. Sebaiknya kita tidak pesimis terhadap upaya anak.
10. Jangan Berharap Terlalu Tinggi
Anak tidak perlu harus selalu menjadi nomor satu atau yang ter-... di lingkungan sebayanya. Harapan yang terlalu tinggi dapat membuat anak tersebut justru tidak sanggup untuk meraihnya dengan penuh percaya diri.
Refrensi:
http://www.mail-archive.com/balita-anda@indoglobal.com/msg04973.html
0 comments:
Post a Comment