Semangat tanpa pengetahuan adalah api tanpa cahaya
~Thomas Fuller, M. D.~
Salah satu motivasi yang penting adalah motivasi untuk berprestasi (achievement motivation). Anak-anak pergi ke sekolah untuk belajar berbagai kemampuan atau hal-hal baru. Banyak orangtua dan guru berharap untuk memiliki anak yang berprestasi cemerlang.
Kadang kita sering bertanya sebenarnya apa yang membuat anak yang satu lebih rajin membuat PR dibanding dengan anak yang lainnya. Hal ini bisa jadi disebabkan oleh motivasi yang dimiliki oleh tiap anak berbeda-beda satu sama lain (Stipek, 1993).
Hmm... Ada pertanyaan, bagaimana caranya kita tahu kalau seorang anak menunjukan performansi yang rendah atau di bawah kapasitasnya yang sesungguhnya (underachiever)di kelas?
Nah, ada satu cara untuk mengidentifikasi anak yang seperti itu, yaitu memberi tes bakat. Apabila anak tersebut menunjukan performansi yang rendah di kelas, sedangkan performansi pada tes bakatnya tinggi, artinya ia bisa saja memiliki masalah dengan motivasinya. Seorang guru yang baik seharusnya selalu mengamati dan mengawasi semua muridnya, termasuk yang berprestasi yang baik maupun buruk.
Menurut, Stipek (1993)young children biasanya memiliki rasa percaya diri yang tinggi akan kemampuan mereka untuk berhasil. Semakin bertambah besar, seroang anak menjadi lebih banyak mengalami masalah motivasi. Selama enam hingga sembilan tahun pertama usia sekolah, anak-anak tidak punya pilihan, mereka hanya tahu mengikuti kurikulum sekolah apa adanya. Baik pelajaran yang susah maupun gampang, mereka wajib mempelajarinya, hal inilah yang terkadang membuat malas untuk berusaha, kurang perhatian, atau bahkan berontak. Contohnya, sewaktu SD hingga SMP kita harus belajar IPA, IPS, bahasa, dan matematika secara bersamaan, beda sewaktu SMA, kita bisa menentukan jurusan mana yang sesuai dengan apa yang kita suka, apalagi saat kuliah, tentu kita sangat bebas menentukan pilihan jurusan mana yang ingin kita dalami sesuai dengan minat kita. Hal ini berpengaruh terhadap motivasi belajar kita nantinya.
Kebanyakan anak-anak lebih banyak belajar karena dipengaruhi oleh motivasi ekstrinsik. Padahal alangkah baiknya jika anak sedari kecil selalu diarahkan untuk selalu memunculkan motivasi intrinsik, motivasi yang benar-benar berasal dari dirinya sendiri... Karena segala sesuatu yang berasal dari diri sendiri atau bersifat internal akan lebih bertahan lama dibandingkan yang berasal dari luar.
Sisihkan sedikit waktu untuk merenungkan, menilai, dan mengevaluasi anak-anak anda, sebenarnya motivasi apakah yang sering anak-anak anda gunakan ketika mereka belajar di sekolah??? Apakah itu bersifat ekstrinsik ataukah intrinsik? Mulailah kenali motivasi anak anda dalam belajar... ^^
~ hati mewakili intrinsik dan uang mewakili ekstrinsik ~
Pada post berikutnya, akan saya bagikan beberapa upaya-upaya yang mungkin bisa dilakukan oleh anda para orangtua dan guru... Mohon dibaca dan dipahami ya :)
Refrensi:
Stipek, D. J. (1993). Motivation to learn: From theory to practice. Boston: Allyn & Bacon.
0 comments:
Post a Comment