Friday, March 1, 2013

Coming Up Next

Hello, everyone. Long time no see you.
How are you? Hope all of you are doing fine yep.

Next, i will post about the psychosocial development of adolescents.
It is related to my young sister. She's 13 years old. She has a problem with school. That is why I'm interested in writing about the psychosocial development.

I will explain it in the next post.

See you.

Monday, December 14, 2009

Video-Video Motivasi yang Patut Ditonton ^_____^



Video ini menjelaskan hal-hal apa saja yang dapat dilakukan oleh guru dalam meningkatkan motivasi belajar pada anak-anak...





Video ini menjelaskan tentang cara untuk meningkatkan motivasi anak ketika berada di lingkungan sekolah, terutama dalam kelas...

Saturday, December 12, 2009

Upaya-Upaya Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Pada Anak

Sumber daya alam terbesar kita adalah pikiran anak-anak kita
~ Walt Disney ~




Pada kesempatan ini, saya akan membahas secara khusus mengenai motivasi pada anak usia sekolah. Motivasi belajar sangatlah penting bagi semua orang, terutama pada anak-anak. Untuk dapat membangun motivasi yang tinggi pada anak-anak tentu peran orangtua, pengajar, dan pendidik menjadi hal yang tak boleh dilupakan.

Apa yang dapat diupayakan oleh orangtua, pengajar, dan pendidik tersebut untuk meningkatkan motivasi anak???
Nah, berdasarkan buku Motivation To Learn: From Theory to Practice milik Deborah J. Stipek dan beberapa sumber-sumber dari internet yang relevan, ada beberapa cara...

Nah, tugas orangtualah dan juga guru di sekolah untuk menciptakan suasana lingkungan yang supportif dan tanggap pada kebutuhan anak sehingga anak lebih tertantang, berupaya lebih keras, serta tidak mudah menyerah dalam meraih sesuatu.
Sepuluh cara berikut ini mungkin bisa membantu:

1. Jangan Beri 'Cap' Negatif

Anak akan termotivasi untuk bertindak positif jika ia sadar bahwa tindakan itu menguntungkan dirinya. Anak yang kelihatannya pemalas atau tidak tertarik untuk melakukan sesuatu, belum tentu selamanya akan terus begitu. Bisa jadi ia nanti akan berkembang menjadi anak yang rajin. Kita cukup memberinya pengertian tentang manfaat yang akan diperoleh bila ia berlaku positif. Misalnya, jika menghabiskan makanan, membersihkan tempat tidur, atau mematikan lampu. Oleh sebab itu, jangan memberi cap atau label negatif pada anak. Hindari mengucapkan kalimat seperti "Pemalas!" atau "Begitu saja tidak bisa!", karena hal ini hanya akan menurunkan motivasi pada anak.


2. Hargai Keunikan Anak

Anak akan berkembang baik bila keunikan atau perbedaannya dihargai. Dalam belajar, misalnya, minat dan juga kecepatan tiap anak berbeda. Nah, orangtualah yang seharusnya peka terhadap kedua hal ini. Jangan ingin menyamakan begitu saja. Setiap anak memang berbeda, dan usia bukanlah ukuran mati dalam perkembangan.

3. Jangan Diberikan Target Kepada Anak
Perkembangan anak sudah sewajarnyas melalui tahap demi tahap. Jika ia telah menguasai
tahap yang terdahulu, ia akan lebih mantap di tahap berikutnya. Orangtua tidak boleh mendidik anak berdasarkan target. Jangan memaksa anak menulis yang bagus dalam waktu yang singkat. Mungkin saja anak anda memegang pensilnya belum benar, jadi perhatikanlah tahap demi tahap dalam setiap perkembangan anak anda.

4. Beri Dorongan, Bukan Larangan
Kurangnya dorongan orangtua bisa merugikan anak. Sebab usia 3-5 tahun adalah masa keemasan (golden age) bagi anak. Apalagi kalau rasa keingintahuannya yang besar itu "dimatikan". Lebih baik, misalnya, memberinya lingkungan yang nyaman. Jika anak bilang ia lebih suka menggambar di ruang tamu atau di meja makan, maka biarkanlah. Jangan langsung melarangnya dengan berteriak, "Jangan di situ!" atau "Apa yang kamu lakukan, heh?", karena hal ini hanya akan menjadi pukulan bagi anak tersebut. Biasanya ini pula yang membuatnya menjadi malas untuk melakukan sesuatu.

5. Cek Juga Faktor Lain
Sudah diberi dorongan, tapi masih juga lesu, tak bangkit motivasinya?
Jangan-jangan anak anda mengalami ganguan pada hal lain selain motivasi, misalnya perkembangan intelektual, fisik, emosi, serta sosial. Semua hal tersebu saling berpengaruh satu sama lain. Jika salah satu terganggu, maka yang lain juga terpengaruh. Misalnya, anak yang kurang gizi, akibatnya ia menjadi lemas sehingga kinerja otaknya tidak optimal sehingga perkembangan intelektualnya ikut terganggu.

6. Fokuskan Pujian
Pujian itu penting. Tapi yang lebih penting lagi, harus terfokus. Anak-anak pun bisa mengerti lho, jika orang tua memuji tapi cuma untuk basa-basi. Jadi, tidak cukup hanya mengatakan "Bagus!" saat anak menunjukkan hasil kerjanya. Contohnya, anak menunjukkan hasil gambarnya, orangtua ataupun guru mungkin lebih baik mengatakan, "Ouw, garis yang kamu buat itu lurus sekali!" atau "Wah, kombinasi warna biru dan kuning ini pas sekali!" Dengan cara ini, ia tahu bahwa Anda memberi perhatian. Dan mereka akan bekerja lebih keras lagi di lain waktu.

7. Beri Hadiah yang Tepat

Untuk menumbuhkan motivasi, dorongan yang diberikan orangtua dan guru bisa dalam
bentuk hadiah. Namun ini hanya berdampak positif jika diberikan pada saat dan tempat yang tepat. Misalnya, akan diberikan cokelat jika ia telah mengerjakan PR lebih awal. Dorongan dari luar ini diharapkan dapat berkembang menjadi dorongan dari dalam diri setelah anak tahu manfaat perilaku positif tersebut. Sering, orang tua berjanji akan memberikan sesuatu yang besar kalau anak berhasil. Misalnya, membelikan sepeda kalau anak menjadi ranking satu. Kalau tidak, ia tak akan dapat apa pun. Cara seperti ini tidak baik, sebab hanya membuat si anak cemas saat hendak menghadapi ujian. Ia pun akan benar-benar sedih kalau gagal.

8. Beri Hukuman yang Bermanfaat
Misalnya, tidak mengajak anak ke taman bermain apabila anak tersebut suka bermain korek api, pisau, atau gunting. Mungkin anak akan menghentikan kebiasaanya meskipun tak tahu kenapa harus begitu. Namun lama-kelamaan perilaku itu akan berhenti bukan
karena adanya 'ancaman' dari luar, namun lantaran tahu ada bahaya di balik hobinya itu.

9. Hargailah, Meski Acak-acakan
Meskipun gambar yang dibuat oleh anak menurut orangtua ataupun guru hanyalah coret-coretan, tetapi berusahalah untuk menghargai usaha anak tersebut. Sebab bagi anak, gambar itu sangat berarti baginya. Sebaiknya kita tidak pesimis terhadap upaya anak.

10. Jangan Berharap Terlalu Tinggi
Anak tidak perlu harus selalu menjadi nomor satu atau yang ter-... di lingkungan sebayanya. Harapan yang terlalu tinggi dapat membuat anak tersebut justru tidak sanggup untuk meraihnya dengan penuh percaya diri.




Refrensi:

http://www.mail-archive.com/balita-anda@indoglobal.com/msg04973.html

Friday, December 11, 2009

Motivasi Belajar

Semangat tanpa pengetahuan adalah api tanpa cahaya
~Thomas Fuller, M. D.~



Salah satu motivasi yang penting adalah motivasi untuk berprestasi (achievement motivation). Anak-anak pergi ke sekolah untuk belajar berbagai kemampuan atau hal-hal baru. Banyak orangtua dan guru berharap untuk memiliki anak yang berprestasi cemerlang.
Kadang kita sering bertanya sebenarnya apa yang membuat anak yang satu lebih rajin membuat PR dibanding dengan anak yang lainnya. Hal ini bisa jadi disebabkan oleh motivasi yang dimiliki oleh tiap anak berbeda-beda satu sama lain (Stipek, 1993).



Hmm... Ada pertanyaan, bagaimana caranya kita tahu kalau seorang anak menunjukan performansi yang rendah atau di bawah kapasitasnya yang sesungguhnya (underachiever)di kelas?
Nah, ada satu cara untuk mengidentifikasi anak yang seperti itu, yaitu memberi tes bakat. Apabila anak tersebut menunjukan performansi yang rendah di kelas, sedangkan performansi pada tes bakatnya tinggi, artinya ia bisa saja memiliki masalah dengan motivasinya. Seorang guru yang baik seharusnya selalu mengamati dan mengawasi semua muridnya, termasuk yang berprestasi yang baik maupun buruk.

Menurut, Stipek (1993)young children biasanya memiliki rasa percaya diri yang tinggi akan kemampuan mereka untuk berhasil. Semakin bertambah besar, seroang anak menjadi lebih banyak mengalami masalah motivasi. Selama enam hingga sembilan tahun pertama usia sekolah, anak-anak tidak punya pilihan, mereka hanya tahu mengikuti kurikulum sekolah apa adanya. Baik pelajaran yang susah maupun gampang, mereka wajib mempelajarinya, hal inilah yang terkadang membuat malas untuk berusaha, kurang perhatian, atau bahkan berontak. Contohnya, sewaktu SD hingga SMP kita harus belajar IPA, IPS, bahasa, dan matematika secara bersamaan, beda sewaktu SMA, kita bisa menentukan jurusan mana yang sesuai dengan apa yang kita suka, apalagi saat kuliah, tentu kita sangat bebas menentukan pilihan jurusan mana yang ingin kita dalami sesuai dengan minat kita. Hal ini berpengaruh terhadap motivasi belajar kita nantinya.

Kebanyakan anak-anak lebih banyak belajar karena dipengaruhi oleh motivasi ekstrinsik. Padahal alangkah baiknya jika anak sedari kecil selalu diarahkan untuk selalu memunculkan motivasi intrinsik, motivasi yang benar-benar berasal dari dirinya sendiri... Karena segala sesuatu yang berasal dari diri sendiri atau bersifat internal akan lebih bertahan lama dibandingkan yang berasal dari luar.

Sisihkan sedikit waktu untuk merenungkan, menilai, dan mengevaluasi anak-anak anda, sebenarnya motivasi apakah yang sering anak-anak anda gunakan ketika mereka belajar di sekolah??? Apakah itu bersifat ekstrinsik ataukah intrinsik? Mulailah kenali motivasi anak anda dalam belajar... ^^

~ hati mewakili intrinsik dan uang mewakili ekstrinsik ~


Pada post berikutnya, akan saya bagikan beberapa upaya-upaya yang mungkin bisa dilakukan oleh anda para orangtua dan guru... Mohon dibaca dan dipahami ya :)


Refrensi:

Stipek, D. J. (1993). Motivation to learn: From theory to practice. Boston: Allyn & Bacon.

MOTIVASI


Motivasi...
Hmm... kayaknya kata 'motivasi' ini sudah tidak asing lagi bagi siapa pun di dunia ini. Nah, sebenarnya apa yang dimaksud dengan motivasi??? Pernahkah terlintas di benak kita, sebenarnya apa sih motivasi itu?

Berikut ada beberapa perngertian motivasi dari beberapa sumber.
1. Santrock (2008), motivasi adalah sebuah proses yang mendorong, mengarahkan, dan yang menopang suatu perilaku.
2. Wikipedia, motivasi adalah sebuah pengaktif atau pemberi energi dari sebuah perilaku yang memiliki tujuan.

Jadi untuk lebih sederhana, motivasi adalah sesuatu yang mendorong kita dalam berperilaku. Setiap kita melakukan sesuatu pasti ada saja alasannya, pasti ada saja tujuannya. Nah, alasan dan tujuan itulah yang menjadi motivasi kita untuk melakukan suatu hal.

Motivasi terbagi menjadi dua macam, yaitu:
1. Motivasi ekstrinsik adalah suatu dorongan untuk melakukan sesuatu atau mendapatkan sesuatu yang berasal dari insentif eksternal, contohnya termotivasi untuk membuat PR karena diberikan uang jajan atau menghindar untuk dihukum apabila tidak membuat PR (Santrock, 2008).

- anak tersebut mendapat uang jajan sehingga ia bersemangat -

2. Motivasi intrinsik adalah dorongan internal untuk melakukan sesuatu demi kepentingan sendiri Contohnya, seorang murid belajar dengan giat untuk sebuah tes karena ia sangat tertarik dengan materi pelajarannya (Santrcok, 2008).


- anak-anak tersebut senang belajar karena ia senang dengan apa yang ia lakukan -


Refrensi:

Santrock, J.W. (2008). Educational psychology (3nd ed.). New York: McGraw-Hills.
Stipek, D. J. (1993). Motivation to learn: From theory to practice. Boston: Allyn & Bacon.
http://www.preventionindonesia.com/files/article/photo/58876_child%20with%20money.jpg
http://www.ltscotland.org.uk/learningaboutlearning/images/IMG_2518_tcm4-410434.jpg

Thursday, December 10, 2009

Welcome to my blog, everyone!


Selamat datang ke blog saya yang ke-4 ^^
Blog ini seperti yang sudah saya katakan di atas, blog ini khusus tugas Psi. Pendidikan saja :)
Nah, pertama yang akan coba saya bahas sesuai dengan tema yang diberikan, yaitu "MOTIVASI", lebih tepatnya "BAGAIMANA CARA MEMOTIVASI ANAK?".
Apa saja yang dapat dilakukan oleh orangtua, guru, dan pengurus sekolah untuk memotivasi anak-anak. Hal inilah yang akan dibahas... Semoga bermanfaat yas... :)